Keberanian dan Kejujuran Sang Pemuda
(Resensi Novel “ Di Kaki Bukit Cibalak” )
- Ukuran : 11 x 18 cm
- Tebal : 172 halaman
- Terbit : Januari 1994
- Cover :
- ISBN : 979-605-054-4
- No Produk : 40194054
·
Penulis : Ahmad Tohari
·
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
·
Cetakan : I, September 1994
·
Tebal : 176 halaman, 18 cm
Buku yang dikarang oleh Ahmad
Tohari ini termasuk jenis fiksi. Dalam buku ini diceritakan bahwa pada
tahun 1970, warga Desa Tanggir sudah mulai
mengenal alat-alat canggih. Di sini
juga dikisahkan tentang Pambudi, pemuda 24 tahun yang tidak menyukai ketidakadilan. Dalam
menegakkan keadilan di desa kelahirannya, Desa Tanggir, Pambudi rela dimusuhi
oleh Pak Dirga, Lurah Tanggir. Selain
itu, Pambudi juga harus meninggalkan Desa Tanggir dan menuntut ilmu di Yogyakarta bersama teman lamanya, Topo. Di Kota Gudeg itu Pambudi bertemu dengan pengganti Sanis (gadis pujaan Pambudi di Desa Tanggir), yaitu Mulyani, putri pemilik toko arloji tempat Pambudi bekerja sebelum akhirnya Pambudi memutuskan untuk pindah bekerja di koran Kalawarta yang merupakan koran penolong bagi Mbok Ranem, warga Tanggir yang terkena kanker.
itu, Pambudi juga harus meninggalkan Desa Tanggir dan menuntut ilmu di Yogyakarta bersama teman lamanya, Topo. Di Kota Gudeg itu Pambudi bertemu dengan pengganti Sanis (gadis pujaan Pambudi di Desa Tanggir), yaitu Mulyani, putri pemilik toko arloji tempat Pambudi bekerja sebelum akhirnya Pambudi memutuskan untuk pindah bekerja di koran Kalawarta yang merupakan koran penolong bagi Mbok Ranem, warga Tanggir yang terkena kanker.
Banyak cobaan yang harus dialami
Pambudi, salah satunya yaitu kembalinya sang ayah ke Rahmatullah saat Pambudi
mendapat ijazah kelulusan. Semua pengorbanan Pambudi tidak sia-sia dengan
pemecatan Pak Dirga sebagai Lurah Tanggir setelah terungkapnya kebusukan Pak
Dirga. Posisi lurah saat ini diduduki oleh seorang pemuda yang memiliki kebijaksanaan
seperti Pambudi. Cerita tersebut dituangkan dalam bahasa yang sederhana
sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Selain
itu, sisi menarik dari novel ini adalah ceritanya yang mengambil sudut pandang
dari hal yang sederhana yaitu suatu kepemimpinan desa, sehingga pembaca dapat
mengambil beberapa kesimpulan, misalnya bahwa pada lingkup sempit saja sudah
banyak ketidak adilan, apalagi di lingkup yang luas, seperti negara. Ada juga kekurangan
di dalamnya, yaitu masalah-masalah yang terlalu banyak diungkap sehingga Ahmad
Tohari seakan-akan tidak memberi kesempatan pembaca untuk beristirahat sejenak
karena pembaca terlalu sering disuguhi konflik yang muncul pada cerita.
Walaupun demikian, novel ini dapat memberi gambaran dengan baik pada pembaca
tentang keberanian dan kejujuran dapat memenangi sebuah ketidakadilan.
0 Response to "resensi"
Posting Komentar