My Creation


Lorong  Anisa
            Hanya cahaya dari layar laptop  Anisa yang mampu menerangi ruangan 2x3 meter dan hanya ada Anisa dan laptopnya yang beraktivitas disitu. Mengotak atik laptop tanpa tujuan, hanya itulah yang dia lakukan dan kadang dia melamun sejenak untuk memikirkan sesuatu. Memang saat ini perasaan Anisa sangat tidak menentu, Anisa merasa risau dengan apa yang dia alami sekarang. Suatu tempat yang sering digunakan Anisa untuk melayang-layang didunia hayalan adalah sebuah lorong di belakang rumahnya. Sore itu tetangga Anisa ada yang meninggal karena sesuatu yang belum bisa diketahui dan situasi di tempat Anisa sekarang duduk terasa lebih mencekam dibanding hari-hari sebelumnya. Suara tikus yang berkejaran di loteng lorong menegangkan bulu kuduk Anisa, walaupun keadaan yang demikian Anisa tetap melanjutkan kegiatannya yang membuat ayah dan mamanya terpaksa memakluminya.
            Dua jam sudah berlalu, tapi Anisa belum juga angkat kaki dari tempat itu dan masih memikirkan sesuatu yang sepertinya sangatlah rumit. Benar, Anisa memang memiliki masalah dengan temannya dan dia tidak tau harus bagaimana dan apa memang dia yang salah. Tiba-tiba air mata anisa jatuh sedikit demi sedikit, dia terlihat sangat sedih dan bingung atas masalahnya. “ Kenapa kalian bilang seperti itu???? Apa salah aku?” teriak Anisa bersamaan dengan lelehnya air yang berhuli di matanya yang indah itu. Akhirnya dia memutuskan untuk menelpon salah satu sahabatnya, yaitu Lana. HP nya yang berada tepat di samping laptop langsung dia ambil, jari-jari Anisa Tanaya Mahendra mencari-cari nama Lana di buku telpon Hpnya dan ditekannya tombol call. Tuut,,,,tuut,,,,tuut,,,,. Panggilan Anisa belum juga dijawab oleh Lana, tanpa rasa jera Anisa terus mencoba menghubungi Lana. Hingga panggilan ke-6 Anisa belum juga mendapat jawaban dari Lana. Karena dia benar-benar bingung, pergi ke rumah Lana adalah keputusan yang tepat menurut anak tunggal dari Surya Putra Mahendara dan Litania Aisyah An-Nabawi itu. Mobilpun melaju dengan cepat, karena Anisa meminta Pak Yoyok yaitu sopirnya untuk menjalankan mobil dengan cepat. 
            Tibalah Anisa tepat di depan rumah Lana Camelia Ma’ruf, dengan air mata yang tetap mengalir di pipinya, Anisa menekan tombol bel rumah Lana. Terbukalah pintu dan sosok wanita dewasa dengan memakai celemek bertanya  kepada Anisa. “ Ada apa non ke sini? Apo non Anisa mencari non Lana?” tanya wanita itu. “ Iya bi, Lana ada kan bi?”  jawab Anisa sambil mencari-cari sosok Lana. “ Tadi setelah pulang sekolah kalau tidak salah non Lana pamit sama Tuan buat pergi ke rumahnya non Afla.” Jawab wanita itu. Tanpa mengatakan apapun, Anisa langsung berlari menuju mobil dan meminta Pak Yoyok mengantarnya ke rumah Afla. Di dalam mobil, Anisa memikirkan hal-hal yang telah terjadi saat di sekolah tadi pagi. Dia merasa bahwa perbuatan yang sudah dilakukannya itu memang sudah tepat, karena memang sehabat-sahabatnya itu yang salah. Di depan rumah Afla, mobil anisa berhenti dan Anisa melihat sahabat-sahabatnya berdiskusi di depan rumah Afla. Dalam otak Anisa dia bertanya-tanya sebenarnya apa yang sedang didiskusikan oleh mereka. Flora Tatum Ramadani Sutejo salah seorang dari tiga sahabat Anisa, melihat mobil Anisa dan dia memberitahukan pada Lana dan Afla. Karena Anisa mengetahui bahwa Flora tau keberadaannya maka dia langsung membuka pintu mobil dan melangkahkan kaki menuju ketiga sahabatnya yang duduk di teras rumah Afla.
            “Apa salahku terhadap kalian? Apa,, hem? Apa aku salah kalau aku mengatakan yang sejujurnya kepada Bu Amanda?”Dengan airmata yang mengalir di pipi mulusnya Anisa bertanya kepada sahabatnya. “ Iya,, karena lo udah mengatakan semuanya pada bu Amanda dan kami bertiga yang jadi korbannya!” Jelas Lana tanpa ragu. Sedangkan Anisa masih tetap menangis. “ Lo nggak  nyadar Nis? Gila ya lo,, emang lo tu teman macam apa? Sampai hati lo ngungkapin ini semua pada bu Amanda,, lo tau kan bu Amanda itu pelatih cheers dan dia nggak akan ngampunin kita kalo ada orang yang niruin gerakan yang dia bikin,,!!” Flora menyambar. “Tapi aku nggak mau kalo kalian terus-terusan niruin gerakan anak cheers dan dengan rasa takut kalau ada yang tau kalian lagi nglakuin itu!!” Bela Anisa dengan suara yang sedikit tertahan. Tanpa melanjutkan pertengkaran, Afla, Lana, dan Flora langsung masuk rumah dan mengunci pintu. Karena Anisa merasa bahwa ketiga sahabatnya sudah tidak mau mendengarkan penjelasannya maka dia langsung pergi. “Yes,, berhasil,, dasar Anisa yang malang, hahahaha.” Tawa puas yang keluar dari mulut Afla. “ Tapi gue ngerasa kasihan sama dia, padahalkan dengan dia ngomong gitu ke bu Amanda kita bisa ikutan cheers!” Kata Lana dengan logat sundanya.
 

            Keesokan harinya Anisa merasa malas untuk pergi ke sekolah walaupun hari ini ada pelajaran yang sangat disukainya yaitu Kimia. “Asalamu’alaikum ma, Anisa berangkat sekolah!” Anisa pamit pada Mamanya. “ Wa’alaikumsalam, selamat belajar sayang.” Jawab Litania Aisyah An-Nabawi. Saat istirahat Anisa merasa kesepian walaupun keadaan dikelasnya sangat ramai karena ada murid baru di sekolahannya. Walaupun anak baru itu merupakan kakak kelas mereka, tapi yang menghebohkan adalah tampang yang dimiliki cowok yang sekarang merupakan murid baru di SMA Pelita Bangsa. Tapi Anisa tidak menghiraukan itu, yang dia pikirkan sekarang adalah teman-temannya yang menjauh darinya. Saat bel pulang sekolah semua siswa siswi SMA Pelita Bangsa langsung heboh. “ Wah,, malam ini malam Minggu, kira-kira cowok gue ngajakin gue jalan kemana ya?” Kata Meme yang merupakan teman sebangku Anisa semenjak dua hari yang lau karena Anisa bertengkar dengan sahabatnya. Anisa hanya cuek dan segera keluar dari kelas. Saat Anisa berjalan menuju parkiran, dia melihat bu Amanda dan menghampirinya. “ Selamat siang bu.” Sapa Anisa pada bu Amanda. “ Selamat siang Anisa, ada apa, kok tumben negur saya?” Tanya bu Amanda heran. Sebelum sempat menjawab pertanyaan bu Amanda, Hp Anisa berbunyi, dan Anisa mengambil Hp yang ada di saku bajunya dan melihat ada nomer tanpa nama. “ Kenapa tidak diangkat? Angkat saja, ibu tidak apa-apa kok!” Kata bu Amanda. Dengan sebuah bahasa isyarat, Anisa meminta izin pada bu Amanda. “Halo, Assalamu’alaikum, ini siapa ya?” Tanya Anisa penasaran. “Wa’alaikumsalam, ini gue Meme. Nis lo dimana sekarang? Masih di sekolahan kan?” Meme menjawab sekaligus bertanya pada Anisa. “Iya, aku masih di depan perpus dekat parkiran sekolah! Emang kenapa me?” Jawab Anisa. “Gue kesana ya, satu menit lagi gue nyampek, lo tunggu ya!” Pinta Meme. Belum sempat Anisa menjawab tiba-tiba Meme menutup panggilannya.
            Tanpa Anisa sadari, ternyata bu Amanda telah pergi dan Anisa merasa sedih. “Hai Nis?” Tanpa Anisa duga ada suara yang menyapa.Ternyata itu Meme datang dengan nafas yang tak beraturan. “Ada apa Me?” Tanya Anisa singkat. “Gue boleh pinjem gaun lo yang lo pakai di pestanya Lana kemarin ga’?” Dengan penuh harap, Meme memohon pada Anisa.”Boleh sih, tapi mau kamu pakek buat apa?” Tanya Anisa. “Buat dinner sama cowok gue.” Jawab Meme sambil nyengir.”Yaudah ntar kamu ambil aja ke rumahku, tapi kalau aku gak ada kamu bisa tanya sama Mamaku!” Ucap Anisa dengan terburu-buru pergi. Rencana Anisa hari ini pergi ke toko buku untuk mencari buku Kimia, tapi ditengah perjalanan, ban mobil Anisa pecah, sehingga Anisa harus menunggu hingga pak Yoyok selesai memperbaiki ban mobil. Tiba-tiba Hp Anisa bergetar pertanda ada SMS masuk dan beberapa detik setelah itu ada kiriman lagu. Anisa membuka pesan terlebih dulu.
            Hai princess,
            Aku tau, sekarang kamu lagi BT kan?? Dengerin lagu dari aku aja ya!!
            The Herro Boy,,
The Hero Boy adalah cowok yang dua bulan ini rutin mengirimi Anisa SMS, tapi Anisa tidak tau siapa cowok ini yang pasti Anisa sering merasa terhibur dengan isi SMS The Herro Boy. Anisa lalu mendengarkan lagu yang dia dapat, ternyata lagunya adalah That’s the way it is yang dinyanyikan oleh Marria Carry. Anisa mengerti maksud dari lagu itu dan dia ingat pada sehabat-sahabatnya dan Anisa membalas SMS itu dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
            Thank’s
            Malam ini Anisa hanya melakukan aktivitas yang tidak begitu berarti karena memang empat hari lagi sekolah akan libur semester ganjil. Tok...tok...tok. “Sayang,, Ayah boleh masukkan?” Tanya seseorang yang merupakan Ayah Anisa. “Ya!” Jawab Anisa singkat sambil membukakan pintu. Anisa dan Ayahnya duduk di kasur dan mereka memulai percakapan yang serius. “Sayang, kamu sejak kecil belum pernahkan pergi ke rumah Nenekmu kan? Nah, ayah punya rencana liburan ini kita akan pergi ke Singapura.” Ajak ayah Anisa. “Ke Singapura?” Anisa terdiam sejenak karena kaget.”Emm,, Anisa terserah ayah deh,,!!” Jawab Anisa pasrah. “Yudah,, tiga hari lagi kita berangkat.” Kata ayah. Selanjutnya ayah Anisa langsung keluar dari kamar dan Anisa masih bingung karena ajakan ayahnya sangat mendadak. Tapi tak lama setelah itu Anisa langsung terlelap dalam tidurnya hingga pagi.
            Hari ini adalah hari yang anisa tunggu karena sore nanti Anisa akan terbang ke Singapura dan yang paling membuat Anisa sedih dia tidak bisa memberi tahu para sahabatnya tentang keberangkatannya ke Singapura. Semua perlengkapan Anisa sudah dia siapkan dan ayah serta mamanya pun sudah siap di ruang tamu, hanya saja Anisa belum beranjak dari kamarnya. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis yang memiliki banyak poster princess Belle itu hingga dia tidak memerhatikan waktu. “Anisa, cepat turun nanti kita ketinggalan pesawat!” Panggil Mama Anisa. Sekarang Anisa sudah berada di dalam mobil bersama kedua orangtuanya dan 30 menit lagi mereka akan tiba di bandara. Saat di perjalanan, pikiran Anisa begitu tidak karuan karena memikirkan sahabat-sahabatnya yang sedang memusuhinya. Kini tinggal 10 menit lagi Anisa beserta Ayah Ibunya akan lepas landas dan selagi Anisa menunggu, Ayah dan Ibu Anisa melakukan percakapan yang cukup serius dengan suara mendesah seakan-akan tidak boleh ada seorangpun yang mendengar. HP Anisa tiba-tiba bergetar dan dia pikir itu SMS dari salah satu sahabatnya, tapi ternyata  The Herro Boy yang mengiriminya sebuah pesan.
            Hai princess......
            Liburan ini ada rencana kemana?
Setelah membaca, Anisa meletakkan Hpnya di tas kecil pemberian Ayahnya setelah pulang dari Australia tahun lalu. Ayah Anisa adalah seorang manager di salah satu perusahaan TV di Indonesia sehingga dia sering bepergian di luar kota bahkan luar negeri.
            Kini Anisa sudah berada di dalam mobil pamannya dan dalam waktu 45 menit dia sudah tepat berada didepan rumah Neneknya. Rumah itu terkesan kuno tapi bunga-bunga yang tertanam di taman dengan luas kira-kira 6x8 meter dapat membuat suasana yang nyaman. Di ruang keluarga, semua saudara beserta Nenek Anisa sudah menanti kedatangan Anisa dan kedua orangtuanya. Mereka saling menuangkan rasa kangen dan Anisa pun melakukan hal yang serupa. Anisa berencana selama dia ada di Singapura, dia akan mengunjungi bangunan-bangunan yang terkenal seperti patung Merlion. Pagi ini adalah pagi ke-2 Anisa di Singapura dan besok adalah tanggal 12 Januari yang berarti umur Anisa akan bertambah satu tahun. Sebenarnya tujuan Pak Surya mengajak putrinya ke Singapura adalah untuk merayakan ulang tahun Anisa yang ke-16, selain itu ada sesuatu yang harus Anisa ketahui. Siang ini Anisa diajak sepupunya yang bernama Zahra ke tempat yang Anisa inginkan. Setelah puas berputar-putar dan menikmati keunikan dan keindahan tempat-tempat di Singapura, Anisa dan Zahra pulang. Saat mereka tiba dirumah, ternyata semua keluarga Anisa sudah berkumpul di ruang keluarga dan keadaannya seperti akan ada sidang keputusan suatu perkara. Anisa dipersilahkan duduk di sebuah kursi yang memiliki benyak ukiran dan sepertinya kursi itu berperan sebagai kursi panas di meja hijau. “Anisa, ada sesuatu yang Ayah akan ungkapkan padamu, karena besok adalah hari ulang tahunmu yang ke-16 dan ayah rasa kamu sudah berhak untuk tahu tentang sebuah kenyatan yang selama ini kami rahasiakan.” Kata suami Aisyah itu sambil mengambil tempat didekat anak semata wayangnya. Mendengar ucapan Ayahnya, gadis yang segera bertambah usianya itu merasa bingung dan begitu penasaran. Anisa hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun sembari menunggu suatu kenyataan yang harus dia terima walaupun di dalam hatinya muncul bervariasi pertanyaan.
            Saat semua sudah terungkap, begitu hancur hati Anisa saat dia tahu sebuah kenyataan pahit yang harus dia terima saat usianya akan bertambah. Air mata Anisa mengalir tanpa henti dan nyawa yang lain hanya diam menyaksikan airmata Anisa. Karena hati Anisa sudah benar-benar hancur, kakinya berlari secapat mungkin dan kedua bola matanya mencari tempat yang mungkin bisa menampung semua air matanya. Sekarang tubuh mungil Anisa sudah terduduk di lorong rumah neneknya, memang suasananya berbeda dengan lorong dirumahnya, tapi hanya tempat ini yang dirasa cocok menurutnya. Sekitar lima menit pipi Anisa basah, ada sebuah pesan masuk di Hpnya.
            Happy birthday princess,,,
Walaupun aku tak tahu dimana ragamu sekarang berada, tapi aku berdo’a kepada Allah supaya kamu akan menjadi gadis yang dewasa. Hanya itu do’a dariku.
The Herro Boy
            Anisa sekarang merenungi apa yang dituliskan The Herro Boy. “ Ya,,, aku akan menjadi gadis yang lebih dewasa dan aku harus menerima semua ini.” Suara Anisa terasa lega.
            Pagi ini Anisa diajak oleh ayah dan mamanya ke suatu tempat, walaupun tempat itu memang tidak menarik untuk dijadikan tempat perayaan ulang tahun, tapi Anisa sangat ingin segera tiba di tempat itu. Suasana sunyi dan sepi, hanya ada batu yang bertuliskan nama dan tanggal saja disini. “Ayah, dimana letaknya?” tanya Anisa. “Ini sayang!” Tunjuk Ayah Anisa. Tatapan Anisa terpaku pada sebuah batu yang bertuliskan Laila Aisyah An Nabawi dan 14-01-1995. Sekarang ini Anisa sedang berada di sebuah komplek pemakaman di dekat rumah neneknya. Mencairlah kini air mata Anisa dan dia meluapkan semua rasanya sejadi-jadinya di makam itu. Walaupun anisa belum pernah melihat jasad yang terkubur didalam makam itu, tapi Anisa sangat rindu padanya. Mayat itu adalah Mama kandung Anisa.
            Cerita berawal setelah wanita itu mengetahui bahwa kandungannya lemah dan dokter menyarankan untuk menggugurkannya atau tidak ada yang bisa selamat. Tetapi, karena janin itu adalah anak pertamanya, maka dia tidak ingin kehilangan nyawa itu sekalipun harus mengorbankan nyawanya sendiri. Sebenarnya suaminya juga tidak setuju dengan keputusan istri tercintanya tapi apa boleh buat karena wanita itu bersikeras untuk mempertahankan buah hatinya. Saat kelahiran pun tiba, detik-detik menegangkan sudah dimulai dan satu nyawa telah lahir dengan paras yang cantik dan penuh kasih. Sang wanita awalnya merasa semuanya baik-baik saja, dan dia memandang bayi itu dengan penuh bahagia juga semua keluarganya turut serta. Hari kedua setelah kelahiran sang buah hati, wanita malang itu mengalami pendarahan secara tiba-tiba dan begitu banyak cairan merah itu keluar. “Menikahlah dengan adikku dan rawatlah anak kita dengan baik, aku akan melihat kalian dari surga. Jangan beritahu anak kita tentang aku sebelum umurnya 16 tahun.” Ucap wanita itu dengan lirih. Wanita itu menunjuk saudara kembarnya yang memiliki paras secantik dirinya. Waktunya sudah berakhir dan begitu banyak air yang keluar dari mata keluarganya.
            Anisa kini sudah mulai mencoba untuk mengikhlaskan semua dan cerita tentang ayah dan ibunya beserta mamanya.  Sekarang tubuh Anisa sudah merebah di atas kasur empuk dan akhirnya melayang di dunia mimpi. “Pagi Anisa sayang!” Sebuah teriakan yang keluar dari beberapa orang. Mata Anisa mulai terbuka dan terlihat wajah teman-teman tercintanya yang membangunkannya.”Kalian!” ucap Anisa . Setelah diam sejenak dia baru sadar bahwa saat ini dia ada di Singapura dan teman-temannya berarti juga berada di situ. “Happy birthday princess.” Sebuah suara yang muncul dari balik pintu.”The Herro Boy.” Teriak Anisa walau sedikit ragu. Sosok lelaki bertubuh tinggi, berkulit bersih dan bermuka tampan muncul saat itu juga sehingga membuat Anisa serta teman-temannya ternganga melihatnya. “Kak Sa,,,Sa,,,Tria?” Sebuah nama keluar dari mulut Lana. Alis Anisa saling mendekat dan merasa aneh dengan nama yang diucapkan oleh Lana. “Pagi Anisa. Kamu belum ingat tentang aku?” Tanya cowok itu.
            Anisa mencoba mengingat nama itu dan wajah cowok itu.”Kak Satria? Anaknya Om Bram?” ?Tebak Anisa. “Syukur deh kamu masih ingat.” Om Bram adalah teman dekat ayahnya Anisa dan Anisa sejak kecil sudah kenal dengan Satria, tapi karena Om Bram harus pindah tempat kerja maka saat Anisa kelas dua SMP sedangkan Satria kelas satu SMA harus terpisahkan antara Surabaya dan Bandung.Setelah itu mereka saling bercerita satu sama lain dan ada beberapa kebenaran yang terungkap:
1.             Ternyata Lana, Afla dan Flora hanya berpura-pura marah terhadap Anisa gara-gara masalah dance dan kenyataannya mereka tidak marah, karena bu Amanda tidak marah terhadap mereka, malahan tiga orang temannya itu diminta bu Amanda untuk gabung dengan tim cheers.  Walaupun usaha mereka tidak berhasil membuat kejutan, tapi mereka senang melihat Anisa tersenyum ceria.
2.             The Herro Boy adalah Satria, dan Satria adalah The Herro Boy. Sebenarnya bisa ditebak siapa The Herro Boy karena arti The Herro Boy adalah Kesatria Laki-laki. Laki-laki=Putra, Maksud Satria menggunakan nama itu karena namanya adalah Satria Putra Bramantyo jasi cocok kan.Selama ini Satria yang selalu mengirimi SMS pada Anisa dan selalu menghibur Anisa. Hal yang tidak bisa berubah dari Satria adalah rasa sayangnya pada Anisa, tapi rasa sayang itu bukanlah rasa cinta terhadap pacarnya melainkan sayang pada adiknya.
Anisa bisa menerima bagaimana perasaan Satria padanya walaupun sejak kelas satu SMP hingga kini rasa cintanya terhadap Satria tetap sama. Dua hari setelah perbincangan itu, Anisa, Ayah, Mama dan teman-temannya beserta Satria kembali ke Indonesia dan melakukan aktivitas seperti biasa.

0 Response to "My Creation"

Posting Komentar